Jumat, 17 April 2009

KESUSASTRAAN JAWA

Sastra merupakan seni yang menggunakan media bahasa sebagai medianya, sehingga dapat disebut sastra merupakan seni bahasa. Sastra akan terus hidup ketika bahasa sebagai representasi komunikasi kelompok tertentu masih terus digunakan. Kesusastraan akan mati manakala bahasa sebagai medianya tidak lagi digunakan sebagai alat komunikasi sehari-hari. Sehingga ketakutan akan punahnya kesusastraan Jawa itu tidak beralasan.
Bahasa Jawa dalam kesusastraan mempunyai perjalanan sejarah yang panjang, mulai dari abad ke 8 hingga kini mengalami beberapa periode perkembangan. Periodisasi kesusastraan Jawa ini dapat dibedakan berdasarkan ciri idiometrik yang khas dan lingkungan yang berbeda-beda dari para pujangganya. Periodisasi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
1. Kesusastraan Jawa Kuno
Bahasa Jawa Kuno digunakan dalam prasasti-prasasti kerajaan sekitar abad ke 8 hingga abad ke 10. Selain itu nampak juga dalam naskah-naskah sastra Jawa Kuno yang kebanyakan ditulis di Jawa Timur. Kedatangan agama Islam di Jawa, maka sekitar abad ke 14 kesusastraan Jawa Kuno ini ditulis di Bali dan Lombok, dan selanjutnya menjadi semakin mantap di pulau Bali pada abad ke 16.
2. Kesusastraan Jawa Islam
Pengaruh Islam yang dibawa oleh para saudagar Gujarat berpengaruh pula terhadap kebudayaan Jawa sehingga warna kesusastraanpun berubah dari corak Hindu ke Islam. Hal ini terjadi sekitar acd ke 16 hingga abad ke 18. Kesusastraan Jawa Islam ini tumbuh subur diwilayah pesisir utara pulau Jawa, terutama di Demak, Kudus, Gresik dan Cirebon.
3. Kesusastraan Kerajaan Mataram
Kesusastraan pada masa kerajaan Mataram ini berkembang sekitar abad ke 18 hingga 19. Akhir masa kesusastraan Mataram ini ditutup oleh pujangga besar Ronggowarsito.
4. Kesusastraan Jawa Modern
Kesusastraan Jawa masa kini atau Jawa modern mulai muncul sekitar tahun 1920an atau pada era Balai Pustaka. Pengaruh barat yang pada saat itu dibawa oleh Belanda masuk juga kedalam kesusastraan Jawa. Ciri yang paling mencolok adalah kemunculan bentuk kesusastraan prosa (gancaran) dan puisi baru (geguritan) menggantikan dominasi puisi tradisional (macapat) yang terikat oleh aturan yang ketat. Kemunculan kesusastraan Jawa modern ditandai dengan munculan novel yang berjudul Serat Riyanto karangan R.B. Soelardi.
Kesusastraan Jawa sebagai representasi kebudayaan masyarakat Jawa tidak akan punah selama masyarakat pendukung bahasa Jawa sebagai sarana sastra Jawa masih menggunakan bahasanya. Bagaimanapun tidak akan mungkin kesusastraan Jawa akan menyamai sastra Indonesia. Persinggungan antara keduanya akan memperkaya dan memberi warna baru baik pada sastra Indonesia dan sastra Jawa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar