Rabu, 29 April 2009

SERAT KALATIDA MENEMBUS RUANG DAN WAKTU

Ranggawarsita merupakan seorang pujangga besar di Kasunanan Surakarta. Perjalanan hidupnya telah menimpa beliau sehingga mengantarkannya menjadi seorang pujangga yang mampu memasukkan nilai-nilai luhur ke dalam karya sastranya sehingga mampu tetap relevan dengan berbagai kondisi jaman. Beberapa karya beliau yang fenomenal diantaranya adalah Pustakaraja Purwa, Kalatida, Jaka Lodhang, Sabdajati, Sabdatama, Cemporet, dan Idayat Jati.
Ranggawarsita sebagai pujangga mempunyai ciri khas pada setiap karyanya, yaitu (a) purwakanti, akhiran dalam kata atau kalimat yang bersambung dengan awalan kata atau kalimat berikutnya sehingga memunculkan irama yang indah, contoh : korup kareping ngaurip, riptane si Jayengbaya; (b) sandiasma, penyamaran nama pengarang yang disisipkan dalam kalimat atau bait karyanya, contoh : baRong angGa sWarga meSi marTaya; (c) candrasangkala, memasukkan angka tahun kedalam kalimat-kalimat karya sastranya, contoh : nir sad estining urip (1860 Jw) dalam Jaka Lodhang; (c) gancaran, jarwa atau prosa yang disusun indah, contoh : alahne kandha, ana tandha, alahne tandha ana yekti, (d) memasukkan nilai sebagai nasehat yang bermutu dalam karyanya. Kesatuan inilah yang membuat karya-karya sastra Rongowarsito selain indah dalam pengolahan kata juga bernilai dengan kedalaman maknanya.
Kalatida mengungkapkan kegelisahan sang pujangga terhadap keadaan saat itu. Keadaan yang carut-marut yang dilukiskan sebagai jaman gila, dan tidak menentu. Pada kaum elit kekuasaan saling berebut kekuasaan dengan jalan menghalalkan cara. Nilai moral yang ingin diangkat tentu pada aspek kekuasaan yang membawa manusia dapat berbuat apa saja. Pada saat ini dapat dilihat bahwa orang yang sudah gila kekuasaan menghalalkan berbagai cara baik itu dengan politik uang maupun kecurangan yang dilakukan dalam pemilu legislatif. Dampak negatif dalam jangka panjang adalah lahirnya budaya baru yang menggilakan seseorang pada uang yang bersifat materi.
Pada posisi lain dapat kita lihat pada caleg-caleg yang tidak terpilih pada pemilu lalu, ada yang menarik kembali sumbangan yang telah diberikan pada masyarakat, ada yang menyegel fasilitas umum bahkan ada yang mencoba untuk bunuh diri. Ketika akal sehat ditekan oleh perasaan kecewa yang luar biasa maka logika ditekan ke alam bawah sadar sehingga memunculkan perilaku yang anti sosial. Perilaku demikian tentu ada yang berdampak pada diri sendiri dan tak jarang yang merugikan orang lain. Mawas diri yang mampu meredakan kekecewaan ini. Mengkaji segala kegagalan bukanlah berarti menyesali pada apa yang telah terjadi, namun lebih menempatkan diri pada proses belajar. Belajar tentang kegagalan berarti menyiapkan diri untuk menuai keberhasilan di masa mendatang.
Nilai yang terkandung dalam karya sastra lama ternyata memiliki tuntunan untuk menjalani kehidupan dan menghadapi semua tantangan yang ada. Ini semua menjadi bukti ketika sebuah karya sastra mempunyai nilai-nilai yang universal maka akan terus bertahan dan tak lekang ditelan jaman. Proses kontemplasi dan perenungan serta interprestasi terhadap pengalaman hidup yang akan mampu menciptakan sebuah karya yang fenomenal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar